Jumat, Juli 15, 2011

Coba Lagi

Pagi ini aku nongkrong di indomaret. Seperti biasa, tujuannya ngopi, bengong, cari inspirasi, bengong lagi, ngopi. So, lebih banyak bengong n ngopi daripada mikir.

Sampe di indomaret, coffee machine yang biasa aku kunjungi tertempel stiker "habis". Wah, agenda ngopi jadi kacau. Mau aku rubah dari ngopi ke golf kayaknya ga mungkin deh, aku ga pernah golf kecuali di game.

Merujuk ke lemari es, ada banyak minuman warna warni. Tapi mataku tertuju pada sebuah botol green tea madu. Ada tulisannya rejeki nomplok. Aku pilih ini aja. Ga lupa ambil beberapa makanan ringan.

Sambil nangkring di gazebo yang sudah disediakan indomaret, aku buka makanan ringan dan mulai agenda berikutnya. Bengong.



































(Kalian nunggu apa? Kan agendanya sekarang bengong, jadi ya ga nulis apa-apa)

Ok, kita balik lagi. Sambil makan jajanan, aku baca botol yang ada tulisan rejeki nomplok.
1. Buka tutup botol
2. Lihat tulisan
3. Kirim tutup botol (kalo dapet hadiah).

Aku buka tutup botol. Didalamnya terdapat tulisan "Coba Lagi". Karena aku type orang yang taat (hoooeekk) ya aku coba lagi. Aku tutup botolnya trus aku buka lagi. Tulisannya sama. Coba lagi. Aku tutup dan buka lagi. Sama saja. Ga berubah tulisannya. Trus dapet rejekinya gimana ini? Udah aku coba berkali-kali tetep ga dapet rejeki.

Kesimpulan dari kegiatan pagi ini adalah bengong dapat mengurangi tingkat kecerdasan manusia. Apalagi jika berharap banyak pada sebuah undian berhadiah. So, keep thinking guys.. never waste your time with BENGONG. Bengong boleh saja asal ada perlunya; kata bang Haji..
Published with Blogger-droid v1.7.2

It just my fart.. let it go...!!!

Beberapa hari ini aku mengalami Insomnia. Tidur baru bisa terlaksana ketika matahari sudah mulai mengintp dari ufuk timur. Buat aku, insomnia identik dengan masuk angin karena badan lebih akrab dengan udara dingin di tengah malam.

Semalam, mungkin aku bisa menyebutnya puncak dari "Enter the Wind Disease". Perut sebah. Seperti penuh tapi kosong, mungkin ini juga yang dirasakan Bhiksu Tong; guru dari Sun Go Kong yang selalu berkata "Isi adalah Kosong". Pengen makan tapi perut terasa kenyang. Angka lingkar perut memuncak tajam.

Malam itu aku musti nganter temenku untuk pulang ngambil perbekalan di rumahnya. Temenku berencana akan pergi ke Surabaya. Interview katanya. Rencananya memang mau berangkat dari tempatku.

Sampai di rumahnya, aku dipersilahkan duduk di ruang tamu. Disambut beberapa biskuit dan air mineral gelas. Ayahnya menyambut. Kami duduk bersama di ruang tamu. Perbincangan seperti biasa. Tanya kabar dan lain sebagainya.

Pembicaraan kami terhenti. Ayahnya seperti mencium sesuatu yang janggal.

"Kok bau got ya?" kata beliau

"Masa sih om?"

"Iya, tapi dari mana ya?"

Jelas saja ayahnya heran. Rumah temenku ini punya got yang dalamnya ga lebih dari sejengkal. Itupun kering karena memang jarang dilalui air. Apalagi akhir-akhir ini hujan tak kunjung terdengar kabarnya.

"Apa mungkin ada yang sedang panggil sedot tinja ya?" beliau mulai berpikir aneh-aneh, but it 10.35 PM. Siapa yang manggil sedot tinja malam-malam begini?

Ok, dalam hati aku jawab, "Itu kentut saya om.. Maaf, pantat saya lagi ga bisa di rem".

Yang bikin aku ngerasa bersalah adalah beliau bersikukuh mencari sumber aroma ini. Dengan segala kekuatannya ia kerahkan seluruh indera penciumannya mencari sesuatu yang janggal tersebut.

"Cukup om, jangan kau rusak indera penciumanmu dengan aroma yang aku hasilkan dari pantat busukku.. It just my fart.. let it go...!!!" kataku dalam hati.

Sesampainya di rumah, aku ga bisa mengungkapkan aibku ke temenku ini. Masa iya aku tega menceritakan penderitaan ayahnya yang berjuang mengumpulkan informasi dari aroma yang diproduksi oleh perut kembungku.

Malam aku biarkan berlalu begitu saja. Hanya saja, malam itu adalah malam paling sibuk bagi pantatku. Dia lebih sibuk menghasilkan notofikasi bunyi dan bau ketimbang notifikasi dari sms, twitter ataupun facebook sekalipun. Sebelum tidur, yang kuingat hanya 1 doa. "God saves my nose".

Selasa, Juli 12, 2011

Jus Melon

Tadi malem aku menghabiskan malam yang panjang dengan berada di depan laptop. bukan dengan blogging, tapi dengan gambar 3D. Aku bantu temenku bikin gambar 3D untuk proyek skripsinya. Biar semangat, aku pasang winamp dengan volume speaker cukup tinggi.

Salah satu lagu yang sering aku dengar di tivi akhir-akhir ini adalah Jus Melon. Lagu ciptaan Putra mbah Surip dengan nada dan lirik sederhana ini cukup bikin rasa penasaranku muncul. Lagu Jus Melon hanya aku dengar melalui iklan RBT di sela-sela acara. Untuk mengobati rasa penasaran, aku googling aja trus download lagunya biar bisa aku pasang di winamp.

Proyek skripsi temanku ini tentang Islamic Center. kalau dari judulnya, bisa kita simpulkan bangunannya besar, megah, dan ada kubahnya; karena memang kubah adalah salah satu ciri dari bangunan Islam.

Sambil nunggu download lagu Jus Melon selesai, aku bergelut dengan visualisasi 3D Islamic Center milik temenku. Setiap detail aku kerjakan sebisa mungkin mirip dengan gambar 2D yang dia sodorkan padaku. Kenapa aku bilang sebisa mungkin? karena si pemilik gambar sendiri masih ga yakin dengan ukuran, notasi dan semua detail-detail kecil di gambarnya sendiri. Maklum, deadline lebih banyak berbicara daripada kreatifitas.

Download Jus Melon selesai. Bersiap untuk digemparkan oleh Jus Melon.

Juuuusss Meloooooonnnn.... I wanna buy...
Juuuusss Meloooooonnnn.... I wanna buy...
I Like.... You Like... I want drink Jus Melon.... Together...

Juuuusss Meloooooonnnn.... I wanna buy...
Juuuusss Meloooooonnnn.... I wanna buy...
I Like.... You Like... I want drink Jus Melon.... Together...

You happy.... I'm happy Jus melon...

You happy.... I'm happy Jus melon... Together....

Suasana reggae dengan nuansa pantai nan santai membuat deadline terasa longgar. Waktu berlalu tanpa terasa sudah jam 5 pagi. Gambar 3D yang aku buat sudah nyaris selesai sesuai dengan permintaan si pemilik gambar. Ada satu hal yang sedikit aneh. BANGUNANNYA BERWARNA HIJAU MELON. Kok bisaaa....!!!!???

Aku coba konfirmasi ke si pemilik gambar, dia cuma bilang; "Ijo-nya bener kok... Iya.. Ijo yang itu..!!"

"Beneran nih ijo-nya yang ini?" aku masih kurang yakin,

"Bener... kan Islamic Center. Islam kan identik dengan warna ijo.." balas si empunya gambar,

"Iya sih... tapi masa' ijo yang ini sih?? fresh banget... mirip.... mirip...."

"Mirip apa emangnya..??" tanya dia penasaran.

"JUS MELOOOONN.....!!!" serentak kita berdua jawab, baru sadar..

Mau aku rubah warnanya, dia bilang ga perlu. Dengan alasan waktu katanya.

Ternyata lagu yang membawa suasana apapun itu secara ga sadar juga mempengaruhi apa yang akan kita lakukan. Feel apa yang sedang menaungi kita, juga mungkin warna-warna apa yang sedang terkait dengan lagu tersebut. Lagu Jus melon contohnya. Bangunan Islamic Center tiba-tiba berubah menjadi bangunan bernuansa buah Melon. Mungkin kalo judul lagunya Tutti Frutti, bangunannya akan berpola polkadot warna-warni. Atau mungkin jika waktu itu aku dengerin lagu milik Jupe dengan judul Belah Duren, bentuk dan warnanya mungkin lain. Mungkin lebih indah.

Senin, Juli 11, 2011

master chef a la Bayu Bramantya

Semalem aku mencoba menjadi chef master. Beragam ide-ide brilian untuk menciptakan masakan baru berseliweran di kepala. Seperti acara yang dipandu chef Juna di salah satu tivi swasta itu mencoba membangkitkan kreatifitasku dalam hal kuliner.

Di acara tersebut diawali dengan tema, lalu belanja bahan dan memasak serta diakhiri dengan meng-garnish maha karya kita.

1. Tema.
Kali ini aku yang menentukan tema. Masakan kerajaan.

2. Bahan.
Karena aku bukan juru masak handal dan hanya berambisi setelah lihat master chef, akhirnya aku memutuskan untuk beli makanan jadi aja. Nasi Goreng. Kebetulan malem itu aku pengen nasi goreng.
Satu hal yang masih membuat aku bingung adalah bagaiman menghadirkan kesan kerajaan (Royal) pada nasi goreng. Berhubung aku sedang nonton tivi dan yang ada hanya iklan es krim magnum belgian chocolate dengan latar pelayanan bak kerajaan belgia, aku memutuskan untuk beli es magnum.

3. Memasak.
Karena semua bahan sudah masak, ya berarti tinggal mengkonsumsinya aja. Tangan kanan pegang sendok makan, tangan kiri magnum belgian chocolate.
Suapan pertama rasanya aneh. Tapi aku tidak putus asa. Suapan ke dua makin semrawut. Tapi itu mungkin halusinasi aja, sementara yang aku lihat di tivi gak kayak gini. Iklannya menggambarkan seseorang yang dilayani pelayan kerajaan. Belum sampai suapan yang ke tiga, magnum meleleh dan 3/4 bagiannya jatuh di nasi goreng. Ini semacam pertanda bahwa sepertinya memang harus begini cara makannya. Mix and eat.

4. Garnish.
Tampilan yang secara tidak sengaja tadi secara otomatis aku masukkan dalam kategori garnish. Magnum dengan cepat meleleh di nasi goreng yang masih panas. Semakin mirip saus pasta masakan eropa. Hasrat menghabisinya makin memuncak. Akhirnya aku hajar makanan kerajaan tersebut.

Aahhkkk...!!! Mayday..mayday... medic...medic... nasinya kacau. Sama sekali kacau. Semua yang telah ada di perut seperti mau keluar.

Ok, acara master chef yang aku gelar sendiri nampaknya gagal. Kacau. Ga ada pelayan kerajaan sama sekali seperti yang ditayangkan di iklan tivi. Nasi gorengnya juga jadi ruwet. Gak memungkinkan untuk dilanjutkan. Tapi perut musti di isi.

Muncul ide selanjutnya. Iklan mi instan yang punya kuah sangat kental. Chef dalam iklan tersebut bilang "man... it's gooood...!!" Sepertinya enak, hmm.. muncul kreatifitas dalam kepalaku. Bagaimana jika jadinya mi kari kuah cola.. hmmm... next master chef a la bayu.. don't miss it.
Published with Blogger-droid v1.7.2

LDR (Long Distance Relationship)

Pagi ini jam 2 dini hari, aku ga sengaja liat tivi. SCTV. Filmnya Kambing Jantan. Sebenernya filem ini udah pernah aku lihat sebelumnya. di bioskop. sambil nunggu mata perih sampe waktu tidur nanti, aku ikuti aja.

22 menit berlalu tiba saat adegan dimana Dika harus memutuskan untuk kuliah di Australia, tiba pula permasalahan dimana dia dan sang kekasih harus menjalankan LDR; Long Distance Relationship.

Permasalahan paling klasik dari LDR adalah biaya. seperti kata-kata terkenal, “Cinta Berat di Ongkos”.

Jadi inget waktu awal-awal aku jalanin LDR. Malang-Bontang.

Harusnya aku tau LDR bakal makan banyak biaya, sedangkan seorang Bayu hanya punya uang yang cukup buat beli colone murahan dan beli sebotol shampo buat dipake 3 bulan.

Tiap minggu aku selalu siapkan waktu untuk mengunjungi Bu Suryo, bukan untuk merangkai rindu dengan beliau, tapi dengan telepon di salah satu biliknya. Sekian puluh ribu lewat di setiap lembar printout wartel. and you know what, i did it for almost two years… TWO YEARS, just to know that LDR is not working on us, on me.

Guyonan jayus, cerita-cerita ga penting sama sekali bahkan sampai nilai IPK standart yang sebenernya dia gak pedulikan aku tumpahkan semua di balik bilik wartel.

No Social Network adalah salah satu pengganjal suksesnya LDR. jadi sekilas membayangkan bagaimana pada jaman Majapahit dulu, betapa beratnya perjuangan Maha Patih Gajahmada menyampaikan salam rindunya kepada si sexy Megan Fox. No email, No Facebook, No Twitter, No Myspace, juga No Google+.

Seiring berjalannya waktu, film Kambing Jantan berakhir juga. meskipun jam segini iklannya cuma 2 trailer sinetron tanpa ada iklan produk unilever atau iklan produk underwear yang dipake Aura Kasih. Satu hal yang bikin aku tergerak setelah liat film itu, taun depan aku mesti bisa ke Australia.

Sekian postingan perdana aku di beberapa bulan terakhir ini. thanks to Raditya Dika yang udah bikin film Kambing Jantan sekaligus menginspirasi diriku buat nulis lagi. dan Thanks buat SCTV yang cuma makan 2 iklan di setiap jeda komersilnya.