Kamis, Juni 12, 2008

Petualangan di Gerbong Bersama Ternak

Perjalanan ke luar kota memang jadi hobiku dari dulu. apalagi kalau perjalanannya bisa kita nikmati bersama orang2 terdekat. naik motor, naik bus umum, naik mobil, naik kapal laut ataupun naik kereta api yang penting perjalanannya bisa rame aku pasti suka.

Aku tinggal di kota Cepu. Waktu itu aku masih SMP. Di kotaku ga ada Mall. jadi kalo mau hang out di Mall, aku dan temen2ku biasanya pergi ke Semarang naik kereta ekonomi buanget. harga tiket kereta waktu itu masih 2000 rupiah. weleh.. murah banget yak..? perjalanan dari kotaku sampai Semarang memakan waktu 4 jam. kalo mau maen ke Semarang untuk hang out, biasanya kita berangkat hari minggu jam 6 pagi trus dari Semarang pulang naik kereta yang sama jam 2 siang. tapi kali ini aku ke Semarang bukan mau hang out. aku, Agasta dan Dimas mau nginep di tempat tantenya Dimas di Semarang. jadi kita udah terbiasa ke Semarang naik kereta api. waktu itu kita naik kereta yang jam 2 siang ke Semarang.

Kereta sudah memasuki setasiun di kota Cepu. setasiun yang gak besar2 amat ini cuma memayungi 3-4 gerbong kereta api. kereta yang biasa kita tumpangi bernama KRD. sampe sekarang entah masih ada atau udah dihapus. itu juga yang bikin aku gak tau kepanjangannya KRD. ada yang bilang Kereta Rel Diesel, tapi tiap kereta selain kereta listrik kan pake mesin Diesel, ga ada yang pake mesin jahit. ada juga yang bilang katanya singkatan dari Kereta Rakyat Desa. nah yang ini aku agak ngeh.. tapi apa iya namanya itu? kok kayaknya kereta ada kasta2nya gitu seh..

Kereta tersebut biasanya juga digandengi oleh gerbong barang, gerbong tanpa kursi untuk menampung pedagang yang pulang dari berbelanja yang barang bawaannya gak munkin dimasukkan ke gerbong berkursi. Kita sepakat untuk naik gerbong barang. biar bisa menikmati perjalanan tanpa harus duduk saja di kursi. memang untuk anak seusia kita, gerbong ini cukup berbahaya mengingat biasanya pintu yang selebar 2 meter itu gak pernah ditutup.

Perjalananpun dimulai. tepat jam 2 siang kita berangkat dari setasiun kota Cepu. perjalanan di awal2 memang sangat menyenangkan. kita bisa bebas berlarian di gerbong yang luas tak seperti di gerbong berkursi yang penuh penumpang serta pedagang asongan yang sering lalu lalang tanpa menghiraukan kenyamanan penumpang yang laen. ada yang kepalanya kesenggol bakul berisi nasi lah, ada yang kesenggol termos berisi botol minuman plus es batu lah. ada yang teriak2 karena dagangannya gak laku lah. "SEPUR OPOOOOO IKI...!!!" teriak salah satu penjual nasi bungkus.

Di setiap setasiun desa, kereta tersebut pasti berhenti, bahkan konon beberapa tahun silam ketika jalur kereta Cepu Semarang belum begitu ramai, kereta tersebut bisa dicegat dari pinggir sawah kalo mau ikut numpang. selain saking pelannya, kereta tersebut sepertinya memang dibuat untuk masyarakat pedesaan. weuh.. untuk orang yang gak sabaran, pasti langsun terjun keluar kereta. stres ngerasain kereta yang bisanya cuma jogging, gak lari.

Setelah melewati beberapa desa, penumpang di gerbong barang mulai penuh. ada yang membawa karung besar2 berisi hasil bertani mereka seperti cabe, bawang merah, kedondong, semangka, ada juga yang membawa box berisi ayam potong yang masih hidup, bahkan ada yang membawa kambing. buset dah.. ini gerbong udah mirip pasar. tapi itu belum seberapa. setelah kereta berhenti di sebuah desa bernama Gambrengan Purwodadi, beuh.. penumpang semakin berjubel. ini gerbang taon jebot mau dijebolin sama manusia dan karung2 segede Gaban. Dimas gak bisa memilih tempat lain karena telat ambil keputusan. dia ada di pojok kegencet karung bawang merah. aku segera disuruh emak2 untuk naek di atas karung kedondongnya, tapi akhirnya malah jongkok setinggi atap gerbong karena gak bisa duduk. kepalaku migren nunduk terus. leher kram gak bisa ditolehin kmana2. mau ganti posisi udah gak bisa. udah telat. kaki kesemutan. kayaknya lima menit begini terus bisa bikin varises di betis dan jidat. mana panasnya minta ampun gara2 udara gak bisa masuk ke gerbong, kebanyakan muatan. gak ada ventilasi. badanku meleleh. keringet keluar semua. ASSSEMM...!!!

Agasta? oh iya. dia lebih memilih untuk berdiri di pintu. berdiri dengan damai dihembus angin sepoi2 dari luar. dia lebih memilih gak bisa masuk ke dalam gerbong daripada gak bisa nafas karena bau ayam. pilihannya memang tepat. sampai pada ketika mendung menggantung mau jatoh. siang itu gelap banget. gerimis mulai turun. Agasta mulai panik. terlambat untuk memutuskan bahwa didalam lebih baik. ujan turun semakin deres. siluman pentol korek bernama Agasta tak mampu melawan kuasa alam. yang dilakukannya cuma berusaha menutup pintu gerbong.
"Macet mas.. udah karatan. gak bisa ditutup." teriak seorang bapak yang kepalanya miring karena udah pol mentok di atap kereta.
Agasta tetap gak mau menyerah. dia gak mau tunduk oleh pintu kereta yang udah reyot2 ini. usahanya semakin keras dan semakin keras. otot bisepsnya keluar semua meski segede kacang ijo. dia memang kuat. terbukti banyak otot biseps yang udah muncul di mukanya. tapi kekuatan itu gak berguna melawan pintu kereta yang usianya setara dengan bapaknya. Dia terus aja teriak2 kayak Tarsan mau nebang pohon pake tangan. beberapa kambing yang sempat menjadi saksi kejadian itu mulai bosan dan akhirnya mereka lebih memilih tebak2an satu sama lain dengan bahasa mereka. malah ada kambing yang lebih memilih manjangin jenggot daripada melihat kenyataan bahwa saudara kembarnya sedang stress gak mampu nutup pintu.

Agasta menyerah. dia harus kalah dengan pintu busuk yang gak mau sependapat dengannya. Agasta jadi satu2nya Superman yang gagah berani menerjang hujan di pintu gerbong barang. dan menjadi satu2nya hewan ternak yang tak terselamatkan dari air hujan dan angin waktu itu. mungkin kalau Agasta dijual ke pasar hewan, harganya udah turun akibat sakit2an kehujanan. paling cuma bisa dituker pake koran sekilo atau botol beling dua biji.

Hujan reda satu jam sebelum masuk kota Semarang. satu jam itu pula yang membuat badan Agasta kering. kering karena angin. dan kurus kering akibat masuk angin. Hari itu menjadi pelajaran berharga bagi Agasta bahwa kalau di gerbong barang, hewan ternak gak boleh jauh dari majikannya.

Tidak ada komentar: